My name

Selasa, 14 Desember 2010

My Journey

Met sore diary...lama juga ga curhat sama kamu. Hari ini aku mo cerita tentang perjalananku yang baru aku lakukan 20 menit yang lalu. Sebenarnya perjalanan ini adalah perjalanan yang biasa aku lakukan tiap mingunya yaitu perjalanan dari Pule ke Trenggalek. Bagi yang belum tau Pule akan sedikit aku ceritakan. Pule adalah satu kecamatan di Kabupaten Trenggalek. Ehm kalo semisal kalian pergi ke Trenggalek trus bertanya Pule itu mana? tentu orang akan menjawab dengan tersenyum  "Wah Pule itu juuuuuaaaauuuuhhhh (jauh maksudnya lebay.com) ndeso poll (Desa sekali)". Sebenarnya tidak sejauh itu, dari Kota Trenggalek sekitar 27 Km kalau ditempuh lewat jalur umum dan sekitar 60 menit untuk mencapainya. Tetapi ada jalan tembusan yang bisa menghemat waktu 15 menit jika menempuh jalan tersebut. Jadi Pule Trenggalek bisa ditempuh sekitar 45 menit. Dan untuk sebutan Ndeso ya relatif se. Aku bilang relatif karena internet juga sudah menembus sana, remajanya juga aku lihat juga ga kalah dengan remaja Trenggalek dari segi penampilan. Trus kalo soal kemampuan akademik banyak juga anak dari Pule yang dapat sekolah di sekolah favorit di Trenggalek bahkan untuk Lomba Matematika tingkat SD beberapa tahun lalu juga dimenangkan anak Pule sampai dibawa ke tingkat Propinsi.... so??? menurut kalian gimana ya relatif. Dari segi kondisi fisik memang sih kecamtan Pule merupakan pegunungan. Cukup tinggi dan udaranya bisa sangat dingin dan itulah yang sangat menyenangkan bagiku, sangat cocok jika digunakan untuk melepaskan kepenatan dari aktivitasku di Trenggalek.Ehm serasa punya vila kayak di Batu....hehe

Okey kembali ke topik awal. Semenjak hari Senin aku sudah berada di Pule kebetulan aku tidak mendapat tugas menjaga ujian untuk hari Senin dan Selasa jadi aku buat untuk istirahat di Pule. Sangat menyenangkan rasanya bisa pulang tetapi  karena ada suatu hal aku harus kembali hari ini. Bener-bener malas rasanya mau berangkat apalagi salah satu teman tadi menelfon dan bilang akan menggantikan jaga besuk pagi sedang saya mendapat jaga siangnya. Andaikan tidak karena kepentingan yang amat sangat penting aku akan merasa sangat beruntung sekali. Tetapi sekali lagi dengan berat aku harus mengemasi barang-barangku. Ibu memandang iba saat dengan gontai aku melangkah ke kamar mandi. Apalagi aku dalam kondisi kurang sehat sejak kemarin. Kemarin perutku yang sakit bukan main hari ini ganti kepalaku yang rasanya bawa beban 1 ton. Bapak yang saat itu pulang untuk makan siang dari kantor pun bicara "Opo sampeyan tak terne nduk?" aku menjawab "Mboten pak mangke alon-alon mawon". "Yo wis yen ngono ati-ati mengko yen wis teko nggalek ojo lali sms, bapak nyang kantor maneh?"kata bapak aku pun mencium tangannya sambilmenjawab "Nggih pak". Bapak pun berangkat ke kantor lagi. Setelah beberapa saat berkemas akhirnya aku pun pamit ke ibu sambil mencium tangan dan dibalas dengan ciuman di pipi seperti yang biasa dilakukan ibu ketika aku mau berangkat kemana pun.

Kondisi jalanan ya tetap seperti biasa tetapi yang menarik kali ini adalah aku sangat menikmatinya. Dimulai dari keberadaan sebuah rumah yang dalam kondisi masih tahap pembangunan yang waw lumayan megah..aku sempatkan untuk mengamatinya. Tangga di bangun dengan desain berputar, tiang penyangga cukup tinggi dan kombinasi cat nya yang memakai warna putih dan gold membuat rumah itu cukup mengagumkan. Sayangnya rumah itu berada pada lahan yang terletak di tikungan yang cukup tajam jadi orang akan sulit mengagumi rumah itu lebih lama tanpa kehilangan konsentrasinya hehe..

Setelah mengamati rumah mewah yang masih dalam pengerjaan 80% itu pandanganku beralih pada lahan yang biasa sebagai tempat pembibitan cengkeh. Aku melihat bibit cengkeh sudah banyak berkurang tinggal beberapa saja yang masih berada disana. Dengar-dengar puluhan ribu bibit cengkeh itu disediakan bagi penduduk setempat oleh sebuah pabrik rokok yang apa namanya aku sendiri kurang tau. Ingatanku melayang ke beberapa 20 tahun lalu. Saat itu harga cengkeh sangat luar biasa. Kecamatan Pule cukup berjaya pada saat itu. harga bisa mencapai 70rb per kg. Uang 70rb pada tahun itu sangat berharga bahkan gaji PNS masih sekitar 200rb. Jadi bisa dibayangkan betapa jaya nya petani cengkeh saat itu. Aku juga masih ingat dulu iseng-iseng ngumpulin bunga cengkeh yang ada dibawah pohon saat bapak memanen, aku keringkan dan aku jual setelah 3 ons dan dapat uang yang lumayan saat itu untuk beli es dawet dengan teman-teman (Secara aku dulu ngga boleh minum es oleh bapak/ibuk makanya bangga bisa beli es tanpa minta uang kepada mereka meski akhirnya mereka terpaksa harus beli obat karena aku sakit setelah meminumnya hehe). Nah setelah harga cengkeh turun drastis sampe mencapai 1000 rupiah per kg petani sangat marah dan menebang seluruh pohon cengkeh yang dimiliki. Dan dampaknya sekarang saat harga cengkeh mulai naik lagi jarang petani yang memiliki cukup banyak pohon cengkeh yang dapat produktif mengahasilkan bunga cengkeh sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut membuat harga cengkeh semakin naik. Ehm sangat disayangkan......

Okey setelah melamun cukup panjang (jangan ditiru coz mengendarai motor sambil melamun sangat membahayakan begitu kata pak polisi hehehe) akhirnya aku sampai didaerah Ngepeh. Ngepeh adalah sebuah desa di Kecamatan Tugu. Di sana aku jalankan motorku cukup pelan karena selain jalannya yang berlubang dan menghindari kepalaku yang berdenyut-denyut lebih parah lagi view alamnya sangat mengagumkan. andai aku ada waktu pasti aku akan melukiskannya dalam sebuah kanvas. Ehm bukan berarti aku seorang pelukis. Hanya aku pernah 2 kali melukis diatas kanvas. Yang pertama aku melukis seorang wanita bali yang membawa sekeranjang bunga ditangannya (maksudku begitu) cuma karena terkesan seperti kartun 2 dimensi maka guru lukisku memperbaikinya dengan menambahkan shading di berbagai tempat dan hasilnya waw luar biasa (ya mesti ae wong aku melukis 40% nya sedang 60% beliau hehehe). Trus lukisan kedua adalah lukisan pemandangan yang berasal dari imajinasiku hasilnya juga tidak mengecewakan meski lukisan itu cenderung 2 dimensi daripada 3 dimensi (cukup sulit ternyata memberikan shading yang tepat). Nah kembali ke view yang aku lihat...ehm tak henti-hentinya aku mengucapkan Subbahanallah atas segala keindahan di depan mataku. Gunung-gunung berjajar mengelilingi kota Trenggalek. Bahkan dari tempat itu aku bisa melihat 2 air terjun yang cukup indah. Entahlah itu di daerah mana yang jelas andai bisa kesana pasti menyenangkan. Pernah aku dengan suamiku berkeinginan berhenti sebentar di tempat itu dan melihatnya memakai teropong sayang belum kesampaian karena setiap perjalanan melalui tempat itu pasti selalu dengan kondisi tergesa-gesa.

Setelah melewati jalan yang menukik cukup tajam sekitar 10 menit sampailah aku di desa Tumpuk. Disitu aku melihat ada sebuah Truck yang melintang menghalangi lebih dari separu jalan menurunkan muatannya. Sambil bersungut-sungut aku berhenti karena dari arah berlawanan ada beberapa kendaraan yang melintas. Saat itu aku merasakan kepalaku sakitnya bukan main sampai-sampai aku mengerang dan menepikan motorku beberapa lama. Setelah mereda aku stater lagi motorku dan melewati jalanan Tugu dengan santai. Tiba-tiba dari arah belakang ada motor dengan warna merah dengan kecepatan tinggi menyalipku sekali lagi aku menggerutu pikirku saat itu napa se ga lebih pelan sedikit?

15 menit kemudian sampailah aku di rumah mertuaku. Disitulah aku untuk sementara tinggal karena rumah kami masih 30% dalam pengerjaan. Yahc semoga saja 3 bulan kemudian aku dan suami bisa segera menempatinya, karena dirumah baru itu kami ingin mencoba hidup lebih mandiri. Selain itu rencananya aku ingin mewadahi minat murid-muridku di bidang tari dengan membuka sanggar kecil-kecilan. Dengan harapan dari situ aku bisa mengekspresikan diri dan berkarya di bidang seni amin.....Okey melamun lagi jadinya hehe Setelah mengucapkan salam aku menuju ke kamar dan meletakkan tas. Tak lupa aku buka hp dan mengirim sms ke bapak dan ibu "Pak buk Alkhamdulillah kulo sampun dugi Trenggalek" dan tak beberapa lama bapak membalas "Yo nduk Alkhamdulillah ati-ati". Ehm....ku buka laptop kemudian aku menuliskan kisahku ini dalam diary ini....

Rabu, 01 Desember 2010

Memang ada yang salah dengan Guru SD?

Dear diary.....
Hari ini sekolah mengadakan upacara guna memperingati hari HIV sedunia. Oleh sebab itu kami para guru di anjurkan untuk memakai pakaian abu-abu. Nah saat aku sedang ngobrol asik dengan teman tiba-tiba ada teman lain yang datang langsung menyeletuk "Wah....pake baju abu-abu koyok guru SD ae". wik...mataku langsung membelalak ke teman yang sejak tadi aku ajak mengobrol. Teman ku sentak menjawab dengan pelan "Wah aku kesindir ibuk ku juga guru SD nih...". Aku menggelengkan kepala...memang ada apa dengan pakaian abu-abu? bukannya itu pakaian identitas semua guru? bahkan aku sangat merindukan memakai pakaian itu karena sekarang kewajiban memakai batik 3 hari kerja membuat kami harus memakai pakaian abu-abu 1 hari. Bahkan abu-abu pun kadang diganti dengan baju identitas sekolah. Trus??????so what?????aku ga habis fikir masih ada ya yang berfikiran bahwa guru SD tidak bisa disejajarkan dengan guru SMP atau SMA. Emang mengapa kalau mengajar SD? apa itu berarti mereka tidak lebih intelek dari kita? apa itu berarti mereka berada dalam strata yang paling bawah dalam profesi guru?ckckck.......jika masih berfikiran demikian aku sungguh sangat prihatin.

Masih ingat dulu ibukku pernah mengeluh atas kelakuan oknum guru SMP di desaku. Saat upacara korpi (yang dapat dikatakan upacaranya semua PNS tanpa kecuali) deretan ibukku yang semua anggotanya guru SD berbaris didekat barisan guru SMP. Pada waktu itu salah satu guru SMP ada yang terlambat, kebetulan beliau tidak mendapat barisan sedang barisan ibukku masih sisa 1. Ibukku bilang "Monggo bu silahkan di isi" sebenarnya beliau sudah mau mengisi tetapi salah satu temannya berbisik dengan suara yang cukup keras untuk didengar semua orang "Itu tempatnya guru SD, yang SMP sebelah sini, nanti panjenengan dikira guru SD hahaha". tertawanya sangat sinis dan menyakitkan guru SD yang mendengarnya. Padahal itu upacara korpri seharusnya ga ada penggolongan-penggolongan demikian. Bukankah semua anggota korpri?.Bahkan adalakanya aku mendengar guru SMP atau SMA bilang "ooo ancene guru SD pantesan..." Kalimat itu sering sekali aku dengar diary bahkan beberapa hari terakhir ini. Mengingat hal tersebut  ibu menasehatiku dengan berkata "Nduk saumpama sampeyan mengko dadi guru SMP utowo SMA ojo dumeh...tetep andap asor karo guru-guru liyane terutama guru SD, eling yen ora ana guru SD ora bakal ana bocah SMP utawa SMA". Ya benar apa kata ibukku.......tanpa guru SD mana bisakita bisa seperti sekarang ini?aku selalu berusaha untuk menghargai beliau para guru SD layaknya orangtuaku sendiri.

Nah kembali ke pokok persoalan diary. Penempatan profesi seseorang dalam strata tertentu sangat menyedihkan. Betapa ajaran kolonial Belanda begitu erat terpatri dalam darah daging kita. Menempatkan guru SD distrata paling bawah dari guru-guru lainnya tak jauh beda dengan ajaran kolonial Belanda dimasa lalu.Berarti secara tidak langsung jiwa penjajah ada dalam diri kita yang masih berpandangan demikian. Bahkan di intern guru SD sendiri kadang juga terjadi penstrataan tersebut suatu misal: Guru yang mengajar kelas 4,5,6 dikatakan guru yang mengajar kelas tinggi. sedangkan kelas 1, 2 dan 3 mengajar kelas rendah. Adanya istilah tinggi dan rendah itu menurutku sangat mengganggu. Mengapa harus ada kelas tinggi dan ada kelas rendah. sehingga tidak sadar akan membuat penggolongan tersendiri.Guru yang mengajar kelas tinggi akan merasa lebih cerdas dari guru yang mengajar kelas rendah. Menurut ku istilah itu harus dihapus. Cukup dikatan guru SD begitu saja agar tidak adanya jurang yang memisahkannya.

Coba diary kita analisa dulu, awal terbentuknya siswa bisa membaca, siswa bisa menulis, siswa bisa berhitung dengan baik dan benar dari mana? awal terbentuknya berilaku siswa sopan santun saling menghormati dan menghargai teman darimana?Guru SD memiliki jasa dan andil yang sangat besar dalam membentuk intelektual dan karakter dari seorang siswa. Jadi sangat tidak layak dikatakan guru SD di tempatkan dalam strata profesi guru di paling bawah. Bagi siapapun yang masih menganggap guru SD berada di strata profesi paling bawah segeralah sadar bahwa tanpa mereka kita tidak akan memiliki siswa seperti sekarang ini...