Dear diary….seperti biasa di hari selasa aku selalu mempunyai banyak waktu untuk sekedar mencoret-coret halamanmu dengan segala unek-unek dalam fikiranku.
Dari judul yang akan aku kupas hari ini tentulah kita sudah tidak asing lagi kan diary…?? Entah disadari ataupun tidak kita juga pernah menderita penyakit tersebut. Lalu apa sih sebenarnya penyakit hati itu? Apakah penyakit yang menyerah organ hati seperti Hepatitis C dan B yang yang diakibatkan virus. Ehm kalo itu sih bukan bahasan kita kali ini. Tapi lebih menekankan pada penyakit hati yang terkadang secara fisik ga berpengaruh secara langsung tetapi sangat berimbas pada psikologis kita. Alasan aku menulis ini pun berdasarkan realita yang sering menyinggungku akhir-akhir ini. Aku menjadi salah satu korban akibat dari orang yang memiliki penyakit tersebut. Dan aku menulis ini lebih pada untuk mengingatkanku agar penyakit-penyakit itu tidak menghinggapiku.
Okey kita mulai diary........
Menurut guru agama SMA ku dulu Mr.Tamsir (hehe aku masih ingat sama beliau) penyakit hati ada: 6 yaitu:
1. Iri hati
2. Dengki
3. Hasut
4. Fitnah
5. Buruk sangka
6. Khianat
Nah coba kita liat dari keenamnya mana yang kita pernah merasakan??? Khekehe……(ssstttt rahasia). Tidak munafik diary tentu kita pernah mengalaminya merasakan walau kadang tidak terungkapkan. Seperti penyakit yang aku kupas hari ini : Iri hati!
Iri hati adalah penyakit yang membuat orang selalu sinis dengan keberhasilan orang lain. Orang itu tidak pernah merasakan kesenangan jika orang lain berhasil, dikagumi orang atau mendapatkan prestasi yang diinginkan. Secara tidak sadar orang yang memiliki penyakit ini akan selalu mendoakan orang yang menjadi target tidak berhasil, gagal, hancur dan lebih buruknya tertimpa musibah…Naudzubilah..!!! Tetapi secara disadari atau tidak orang yang memiliki penyakit ini akan selalu memonitor “taget”. Sedang apa dia? Apa yang dilakukan hari ini?dan terus mengikuti gossip perkembangan si “target” tersebut.
Adapun secara visual aku amati cirri-ciri orang yang memiliki penyakit ini adalah : wajah selalu terlihat cemberut, sinis, senyum tidak ikhlas dan saat berbicara selalu ketus satu hal dia sangat sulit tertawa. Aduh kalo sudah berhadapan dengan orang yang seperti ini diapakan ya….?? Udah melawak di depannya tetap saja lelucon itu ditanggapi dengan sinis jadi pembicaraan terkesan garing dan dipaksakan. Kalo dah begitu lebih baik mundur saja lah ga usah diterusin berbicara.
Penyakit iri hati ini akan memicu penyakit hati lain. Suatu misal dia akan berfikiran bagaimana bisa menghancurkan keberhasilan “target” dengan berbagai cara baik secara “gentle” atau bahkan seperti layaknya seorang pengecut nah itu namanya penyakit Dengki. Saat orang tersebut sudah ingin menghancurkan target maka dia mengasut orang terdekat dari “target” agar kepercayaan orang-orang disekitar “target” berkurang akhirnya mulailah si target merasakan adanya fitnah atau ungkapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dampak dari fitnah bisa besar bisa juga kecil bagi si “target”. Jika berdampak kecil maka target akan bisa langsung berdiri kembali dan mengabaikannya akan tetapi kalau berdampak besar maka bisa jadi si target akan kehilangan kendali dan ikut terseret memiliki penyakit hati tersebut…sekali lagi Naudzubillah….!!!
Nah diary…aku sangat heran melihat orang lain yang tidak merasa bahagia atas keberhasilan dari seseorang. Mengapa sih jika orang lain sukses? Toh kesuksesan itu tidak membuat orang tersebut terjatuh? Toh kesuksesan itu juga hasil dari kerja keras mereka. Pernah aku dengar istilah “Rumput tetangga itu lebih hijau dari rumput sendiri” (emangnya kambing makan rumput? Hehehe) maksudnya adalah kalo kita melihat dengan kacamata kita sendiri kita akan melihat hidup orang lain jauh lebih sempurna dari hidup kita. Padahal tidaklah demikian adanya. Kita bisa mengubah cara fikir kita menjadi biarlah rumput tetangga di sana hijau toh kita juga bisa membuat rumput kita lebih hijau dengan usaha kita. Nah kalo bisa berfikir demikian itu berarti kita bisa mengolah rasa iri itu menjadi motivasi kita agar menjadikan hidup lebih baik. Akan tetapi janganlah kita selalu melihat orang yang berada diatas kita sebagai tolok ukur kehidupan kita karena ada istilah “Matahari itu bisa membuat kita buta jika kita memandanginya terus menerus. Bersyukur dengan apa yang telah kita miliki aku rasa itu lebih bijaksana.
Dulu diary ada seorang teman menasehatiku tentang hal ini. Aku masih ingat saat itu aku mengantarkan undangan kegiatan tahunan UKM (unit kegiatan mahasiswa) diseluruh fakultas dikampusku. Saat itu perjalanan ke gedung MIPA, secara tidak sadar aku mengeluhkan udara yang sangat panas dan aku lupa tidak memakai payung untuk melindungi kulitku. Terlontarlah penyesalankuyang mungkin dinilai oleh orang lain adalah ketidak puasanku atas apa yang aku miliki secara fisik. Aku akui saat itu memang aku gadis manja yang sangat menjaga penampilan. Salon adalah tempat favoritku menghabiskan uang yang seharusnya aku gunakan untuk makan makan bergizi tiap harinya (aku rela hanya makan tahu tempe asal tidak kehilangan indahnya rambut dan cerahnya kulitku hahaha….secara memang aku lebih suka menjadi vegetarian kok) jadi berat badan 40 kg adalah berat badan maksimal yang aku miliki. Saat aku mengucapkan keluhanku temanku tersenyum lalu berkata “Fril coba lah kamu jangan terus menatap matahari” aku terbengong mencerna kalimat temanku jawaban bodoh aku ucapkan “Lha sapa yang mau menatap matahari??? “. Dia tersenyum lagi dan berkata “itu hanya ungkapan fril aku Cuma mau bilang apa yang kamu miliki sekarang ini sudah sangat lebih daripada orang lain miliki? Mengapa kamu tidak bersyukur? Jangan kamu menjadikan orang diatasmu tempat kamu berkaca. Cobalah melihat ke bawah masih banyak orang yang ingin seperti dirimu tapi mereka tidak mampu”. Waktu itu aku menanggapi dengan sedikit gundah lalu aku bertanya “Maksudmu sikapku berlebihan begitu?” dia tidak menjawab dan hanya tersenyum. Dan terus dia aku tanya "jadi sikap temen-temen selama ini banyak yang ga ramah itu gara-gara sikapku?" dia tetap tidak menjawab dan hanya tersenyum "cobalah tahan dirimu..." hanya itu yang terlontar saat kami memasuki kantor fakultas.
Oh god… baru aku sadari kalau memang sikapku kadang berlebihan…ambisiku terhadap suatu hal terkadang membuat orang lain menjadi eneg. Nah sekarang ini idelaisku lah yang mungkin terlalu menggebu-gebu sehingga orang melihatku selalu dengan tatapan sinis….okey…okey aku ga mau dianggap orang sebagai pemicu penyakit hati orang. Mungkin agar bisa berefleksi diri aku akan melihat orang disekitarku, aku akan lebih berhati-hati dalam bergaul, dan yahc tidak selalu kita harus menatap matahari meski kita kdang kita perlukan untuk memacu motivasi dan semoga aku sekarang besuk dan kelak tidak memiliki penyakit tersebut. Ya Allah lindungilah hamba jauhkan hamba dari penyakit mengerikan tersbut….Amien….