My name

Kamis, 03 Maret 2011

Remaja syarat dengan konflik

Met sore diaryku.....
Hari ini aku tergugah untuk sekedar corat coret numpahin segala unek-unek n keluh kesahku. Ehm...akhir-akhir ini aku sering banget mendapatkan curhat atau juga melihat secara langsung banyaknya konflik antar sesama anak didikku. Sedih sih diary masak dalam satu sekolah sampai segitunya?. Okeylah kalo beda kelas sih wajar kemungkinan persaingan kelas atau yang lain tetapi kalau dalam satu kelas terjadi yang demikian sangat disayangkan.

Jengkel juga kadang-kadang kalau pas membagi kelompok kebetulan secara tidak sengaja aku mengelompokkan anak yang berkonflik tersebut dalam satu kelompok. Tidak akan ada kerjasama sama sekali mereka ga akan peduli mendapatkan nilai minus asal mereka tidak tegur sapa ckckck.....

Kadang aku juga ikut ga peduli, anak-anak yang berkonflik sengaja aku jadikan satu kelompok dengan tujuan agar mereka bisa berdamai. Eh...yang ada malah mereka langsung protes. aku sih cuek saja (hehehe...). Ada saja konflik diantara mereka soal pacarlah, gebetan lah, soal gaya berdandanlah pokoknya khas remaja.

Yang berbeda dengan masa ku adalah remaja sekarang lebih bebas berekspresi. Mereka tidak takut berkelahi untuk mempertahankan pendapat atau yang mereka sebut "harga diri". Aku jadi curiga jangan-jangan ini karena pengaruh sinetron yang menjamur di TV saat ini. Kan banyak tuh adegan percintaannya trus adegan berebut cowok atau pertengkaran samapai jambak-jambakan segala. Pantes kalau ditiru remaja saat ini. Belum lagi kalau ada konflik dengan orang tua maka mereka akan dengan kasar membentak orang tua. Ya Allah....ga bisa ta buat film yang lebih bagus. Syarat dengan nasionalisme, kecintaan lingkungan atau pendidikan moral tinggi, sopan santun. Coba kita lihat sekarang betapa moral bangsa kita amburadul. Mencaci maki orang sesuka hatinya. Apakah puas kira-kira kalau sudah berkata demikian? Marah ya marah diary cuma ya mbok ada aturannya. Ingatlah perkataan itu kadang akan menjadi cermin pada diri kita sendiri.Orang akan menilai kita dari apa yang kita ucapkan.

Aku paham sepenuhnya diary usia remaja merupakan usia yang labil. Banyak konflik dan permasalahan hal itu dikarenakan perkembangan mereka menuju kedewasaan. Aku masih ingat saat aku berada dalam fase tersebut, aku sering curhat ke kakakku satu-satunya yang begitu care dengan semua permasalahanku (padahal kakakku cowok lho i love you brother ^_^) . Pasti kakak akan menasehatiku panjang n lebar dengan tidak menyudutkanku atau menyalahkan aku lalu bilang "Yo wis lah dilakoni ae, semakin banyak masalah itu malah akan mendewasakanmu".
Atau saat aku mengeluh tentang sikap ortu yang kadang tidak sesuai dengan keinginanku dia pasti menjawab "Mungkin nanti kalau kamu sudah dewasa kamu akan mengerti mengapa ortu kita berfikiran demikian". Dan itu memang benar diary 100% benar. Karena banyak konflik lah bisa membuat aku mengerti bagai mana cara menyelesaikannya. Saat dewasa aku pun juga memahami mengapa orang tua ku sangat kawatir jika aku ikut Persami saat pramuka, tau kawatir jika aku keluar malam sampai lewat jam 20.00 WIB. Hal itu tidak lain karena rasa sayang mereka padaku.

Yahc..remaja merupakan suatu fase yang wajib di lewati. Tanpa melalui fase remaja maka fase dewasa seseorang tidak akan tercapai dengan baik. Bener tubuh terus tumbuh layaknya orang dewasa, akan tetapi pemikiran kadang tidak akan menjadi dewasa jika mereka jarang mendapat konflik.

Hanya pesanku tolong lah kuasai emosi masa-masa remaja kalian, jejaring sosial seperti facebook bukan ajang untuk menyakiti hati orang lain, temen kamu sahabat kamu atau saudara kamu. Kurangi atau kalau bisa usahakan tidak berkata jelek atau tidak sopan dalam menulis status. Hargai dirimu sendiri dengan mampu menghargai orang lain. ^_^. Persahabat lebih indah dari pertengkaran....

2 komentar:

Ainimalia mengatakan...

Bu Guru yang baik,=)
perhatian dengan anak didik nya.. kalo perlu di share ke seluruh anak didik Bu EffriL...^^

Unknown mengatakan...

iya mbak saya prihatin juga melihat emosi anak2 sekarang.....